Sifat Unsur Transisi


A.      Sifat Unsur Transisi
Logam logam transisi mempunyai struktur kemas rapat, artinya setiap atom mengalami persinggungan yang maksimal dengan atom atom yang lain yaitu sebanyak 12 atom lainnya. Dalam periode, electron electron mengisi orbital (n-1)d ( artinya orbital ini terletak disebelah dalam dari orbital ns2 ) yang semakin banyak dengan naiknya nomer atom, sehingga jari jari atomic nya selatif pendek. Akibat dari struktur kemas rapat dan kecilnya ukuran atomic adalah bahwa logam logam transisi membentuk ikatan logam yang kuat antara atom atomnya sehingga logam logam ini dapat ditempa dan kuat. Maka relative terhadap logam logam golongan s seperti kaliumdan alsium , logam logam transisi memiliki titik leleh , titik didih, densitas, dan panas penguapan yang lebih tinggi.
Berdasarkan pada nilai potensial reduksiny, logam logam transisi kurang elektropositif dibandingkan dengan logam logam kelompok s ( alkali dan alkali tanah ). Namun kecuali Cu, logam logam transisi tetap bereaksi dengan asam kuat encer . Kenyataannya untuk beberapa logam, reaksi berlangsung secara perlahan karena terbentuknya lapisan oksida nonpori yang melapisi dan menghalangi logambagian dalam dari serangan asam lebih lanjut. Cr2O3 adalah pelindung terbaik dari oksidasi lanjut maupun korosi seperti halnya Al2O3 .
Ion ion transisi lebih kecil ukurannya dibandingkan ion ion logam kelompok s dalam perioda yang sama. Hal ini menghasilkan rasio muatan per jari jari lebih besar bagi logam logam transisi. Atas dasar ini, relative terhadap logam kelompok s diperoleh sifat sifat logam transisi sbb :
1.       Oksida oksida dan hidroksida logam logam transisi ( M2+ , M3+ ) kurang bersifat basa dan  lebih sukar larut.
2.       Garam garam logam transisi kurang ionikdan juga kurang stabil terhadap pemanasan
3.       Garam dan ion logam transisi dalam air lebih mudah terhidrat dan juga lebih mudah terhidrolisis menghasilkan sifat agak asam.
4.       Ion ion logam transisi lebih mudah tereduksi.
Walaupun logam logam senyawa transisi dengan tingkat oksidasi +2 dan +3 sering dipertimbangkan ionic, namun tingginya muatan kation atau tingginya tingkat oksidasi ini dan pengaruhnya pada polarisasi anion sekalipun hanya kecil mengakibatkan beberapa oksidasi menunjukan sifat asam dan senyawanya menjadi bersifat kovalen. Sebagai contoh Cr2O3 dan Mn2O3 menunjukan sifat amfoter dan semakin tinggi tingkat oksidasinya seperti pada CrO3 dan Mn2O7 oksida ini menjadi oksida asam.
Perubahan ukuran ion yang sangat kecil dari Sc hingga Cu mengakibatkan ssenyawa senyawa hidrat untuk ion ion dengan tingkat oksidasi +2 dan +3 mempunyai struktur Kristal. Jumlah air Kristal dan sifat kelarutan yang mirip satu sama lain. Misalnya, semua M3+ ( M = Sc-Cu ) membentuk senyawa tawas (alum) dengan tipe  K2SO4 M2(SO4)3 . 24H2O tetapi semua M2+ membentuk isomorf sulfat rangkap (NH4)2SO4 MSO4 . 6H2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gravimetri dan Contoh Soal

Penentuan Kadar Fe Total Metode Dikromatometri

Laporan Praktikum Kesetimbangan Kimia