STOKIOMETRI
STOKIOMETRI
A.
Hukum - Hukum
Dasar Kimia
Seorang filusufi yunani, Democritus (400-470 SM)
menyatakan bahwa semua materi tersusun atas partikel - pertikel yang sangat
kecil dan tidak dapat terbagi lagi, kemudian ia menyebutnya sebagai atom ( a :
tidak , tomos : terbagi ). Namun ide itu menghilang selama berabad abad karena
banyak filusufi yang menentang akan ide tersebut.
1.
Hukum Lavosier
Pada tahun 1774, Antonie Laurent Lavosier seorang ilmuan
perancis, membuktikanbahwa “massa zzat
sesudah dan sebelum reaksi adalah sama”
yang dikenal Hukum Lovosier atau Hukum Kekekalan Massa. Hukum tersebut
didasarkan dari observasi yang dilakukan oleh Lavosier bahwa jika suatu
pembakaran dilakukan dalam wadah yang tertutup , maka massa hasil pembakaran
akan sama dengan massa zat sebelum dibakar.
Sebagai contoh jika gas hydrogen dibakar akan bergabung
dengan oksigen membentuk air. Massa air akan sama dengan massa oksigen dan
hydrogen yang terpakai dalam pembakaran tersebut.
A (1gram) + B (1gram) --> C (2gram)
2.
Hukum Proust
Beberapa tahun setelah Lavosier melakukan penelitian,
tahun 1799 Joseph Proust meletakan prinsip dasar kedua dalam kimia yang
kemudian dikenal sebagai hukum perbandingan tetap. Proust yang menyatakan bahwa
“ perbandingan massa unsur unsur dalam
senyawa selalu tetap” . sebagai contoh bahwa dalam air (H2O)
terdiri atas 1 bagian molekul hydrogen dan 8 bagian massa oksigen.
3.
Teori Atom Dalton
Pada tahun 1800-an, John Dalton mengusulkan beberapa
postulat yang ia hasilkan dari rangkuman hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh ilmuan lainnya, kemudian postulatn yang ia usulkan menjadi salah satu
referensi dasar bagi perkembangan ilmu kimia dikemudian hari. Postulat Dalton
tersebut adalah sebgai berikut:
a.
Atom merupakan bagian terkecil dari suatu materi
dan tidak dapat diubah (indivisible)
b.
Atom dari unsur sejenis sifatnya sama, sedangkan
atom dari unsur yang berbeda mempunyai sifat yang berbeda pula
c.
Atom tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan
maupun diubah ke bentuk yang lain
d.
Atom atom dapat bergabung membentuk suatu
molekul
e.
Jumlah relative dari suatu atom dan jenisnya
dalam suatu senyawa adalah tetap
Dari postulat diatas maka
kemudian maka muncul-lah suatu hukum yang kemudian dikenal sebagai hukum
perbandingan berganda yang menyataka bahwa “ bila dua unsur membentuk lebih dari sat senyawa, dan jika massa salah
satu unsur dalam senyawa-senyawa itu sama maka perbandingan massa unsur yang
kedua berbanding dengan bilangan bulat dan sederhana“
B.
KONSEP MOL
1.
Massa
Atom dan Molekul Relatif
Massa suatu ato atau
molekul terlalu kecil apabila dinyatakan dalam satuan gram. Untuk itu digunakan
istilah massa relative. Massa relative dari suatu atom, molekul maupun ion
diperoleh dengan cara membandingkannya dengan 1 mol atom karbon-12 , 12C
.
Massa relative
partikel X = massa partikel
X / massa 1 atom C-12
Atau
ArX = massa 1 atom X / 1 sma
Dengan,
1 sma = 1/12 x massa 1 atom 12C
Massa 1 atom 12C
= 1,660538 x 12-27 kg
Ar = jumlah
kelimpahan isotope x Ar isotopnya
2.
Hubungan Mol, Massa, dan Jumlah Molekul
Nilai dari massa relative suatu unsur atau senyawa dapat
digunakanuntuk menentukan berapa mol senyawa tersebut dalam massa tertentu. Persamaan
yang menghubungkan variabel-variabel tersebut adalah
Massa = mol x Mr
Untuk mengetahui berapa jumlah partikel ( atom / molekul
) yang menyuusn unsur atau senyawa tersebut digunakan persamaan :
Jumlah partikel = mol x bilangan Avogadro
Dimana nilai bilangan avogadro senilai 6,02 x 1023
3.
Kadar Unsur Dalam Senyawa
Rumus molekul suatu senyawa menginformasikan kepada kita
jumlah atom dari masing unsur penyusun senyawa tersebut. Dari hal tersebut,
kita dapat menentukan berapa persenkah suatu unsur berada dalam senyawa
tersebut. Kadar unsur adalah persentase dari masing masing unsur pada suatu
senyawa. Kadar unsur dapat diketahui dengan cara membagi massa molar unsur
tersebut dengan massa molar senyawanya dan dikalikan dengan 100 %
Sebagai contoh, senyawa CO persentase senyawa C dan O
dinyatakan dalam:
%C = n . Ar C / Mr CO x 100%
%O = n . Ar O / Mr CO x 100%
C.
STOKIOMETRI REAKSI
1.
Jenis Jenis Reaksi
Rekasi gabungan
langsung yaitu suatu reaksi dari dua unsur yang menghasilkan senyawa
tertentu. Contoh :
2H2(g) + O2(g) --> 2H2O(l)
Rekasi pergantian
sederhana, yaitu reaksi suatu unsur dengan suatu senyawa yang menghasilkan
unsur dan senyawa lain. Contoh :
Mg + Zn(OH)2 --> Mg(OH)2 + Zn
Reaksi pergantian
rangkap, yaitu reaksi dari dua senyawa yang menghasilkan dua senyawa yang
berlainan dengan saling menukarkan komponennya. Contoh :
NaOH + HCl --> NaCl + H2O
2.
Persamaan Kimia
Suatu persamaan kimia terdiri atas reaktan dan produk
yang dihubungkan dengan tanda anak panah. Reaktan adalah zat apa saja yang mula
mula terdapat dan kemudian diubah melalui reaksi kimia sedangkan produk adalah
zat apa saja yang dihasilkan selama reaksi kimia.
Contoh persamaan kimia :
NaOH + HCl --> NaCl + H2O
Biasanya dalam persamaan kimia dituliskan fasa dari zat
zat yang terlibat didalamnya. Sebagai contoh reaksi pembentukan air.
H2(g) + O2(g) --> H2O(l)
Untuk kondisi yang berbeda, fasa dari zat zat yang
terlibat didalamnya juga akan berbeda sesuai dengan sifat fisik dari zat
tersebut.
3.
Persamaan Reaksi Setara
Pada reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa, artinya
jumlah massa zat zat sebelum reaksi haruslah sama dengan dengan jumlah massa
zat zat setelah reaksi. Untuk itu perlunya penyetaraan reaksi kimia dengan
menyamakan jumlah masing masing atom sebelum dan setelah reaksi. Sebagai contoh
:
2H2(g) + O2(g) --> 2H2O(l)
Angka 2 , 1 dan 2 didepan H2 , O2,H2O
disebut dengan koefisien rekasi . perbandingan koefisien ini menyatakan perbandingan
mold an perbandingan volume zat zat yang terlibat dalam reaksi. Misalkan 2 mol
H2
akan bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 2 mol H2O
. Perbandingan koefisien ini tidak menyatakan perbandingan massa.
4.
Reaktan Pembatas
Ketika seorang mereaksikan zat melalui reaksi kimia,
biasanya reaktan tidak benar benar tepat pada jumlah stokiometrinya. Banyak
reaksi yang dijalankan dengan melebihkan salah satu reaktan supaya hasil yang
diperoleh lebih besar. Pada umumnya, jumlah reaktan yang disediakan dalam suatu
reaksi akan berbeda dengan koefisien pada persamaan kimianya. Reaktan yang
berlebihan akan tersissa diakhir reaksi. Oleh karenanya, reaksi dapat berjalan
sempurna bergantung pada reaktan yang jumlahnya terbatas yang disebut dengan
pereaksi pembatas (limiting reactan)
. sedangkan reaktan berlebih yang bersisa di akhir reaksi disebut sebagai
reaktan berlebih (excess reactan).
Konsep reaktan pembatas ini dianalogikan sebgai berikut:
Jika dala suatu
pesta terdapat 9 wanita dan 14 laki laki maka hanya akan terdapat 9 pasangan
wanita dan laki laki. Sedangkan yang 5 laki laki lainnya tidak mendapat
pasangan. Dalam kasus ini , wanita merupakan factor pembatas sedangkan laki
laki adalah factor berlebih.
D.
KONSENTRASI LARUTAN
Larutan merupakan campuran homogeny antara zat terlarut
(solute) dengan pelarut (solven). Konsentrasi larutan menyatakan bagaimana
komposisi solute dan solven didalam larutan tersebut. Konsentrasi larutan dapat
dinyatakan dalam persen berat, persen volume, ppm , ppb, molaritas, molalitas
dan fraksi mol.
1.
Persen Berat dan Persen Volume serta Persen
Berat/Volume
Persen berat adalah banyaknya gram solute yang terdapat
dalam 100 gram larutan.
% berat = massa solute/massa solven
x 100%
Persen volume adalah
banyaknya ml solute dalam 100 ml larutan
%volume = volume solute/volume larutan x 100%
Persen berat/volume
adalah banyaknya gram solute dalam 100 ml larutan.
%berat/volume = massa
solute/volume larutan x 100 %
2.
Ppm dan Ppb
Ppm adalah banyaknya mg zat terlarut dalam 1 kg pelrut
ppm = mg zat / kg pelarut
ppm = mg zat / kg pelarut
Ppb adalah banyaknya mg zat terlarut dalam 1 ton pelarut
Ppb = mg zat / ton pelarut
3.
Molaritas (M) dan Molalitas (m)
M = mol solute/volume larutan(L)
m = mol solute/kg pelarut
4.
Fraksi Mol
Bila didalam larutan terdapat zat terlarut A serta
pelarut B, maka fraksi mol masing masing :
Xa = mol a / mol total (a+b)
Xb = mol b / mol total (a+b)
Dimana Xa + Xb = 1
5.
Berat Jenis
Selain dinyatakan dalam konsentrasi, larutan juga sering
dinyatakan dalam berat jenis yang merupakan berat larutan per volume larutan.
BJ (g/ml) = berat larutan / volume larutan
Alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis adalah
piknometer dan aerometer.
6.
Hubungan Molaritas , Persen Berat dan Berat
Jenis
M = ( 10 x BJ x % ) / Mr
7.
Pengenceran dan Pencampuran Dua Larutan
Pengenceran :
mol 1 = mol 2
M1 . V1 = M2 . V2
Pencampuran 2 Larutan :
M campuran = (mol larutan 1 +
mol larutan 2) / volume total
E.
CONTOH SOAL
Suatu contoh fosfor putih (P4) dibakar
diudara dan membentuk senyawa dengan formula P4O10.
Bila diasumsikan bahwa 0,744 gram fosfor membentuk 1,704 gram P4O10 , tentukanlah
rasio massa fosfor terhadap oksigen berdasarkan informasi tersebut. Bila massa
atom oksigen adalah 16,00 amu.
a.
Tuliskan persamaan reaksinya
b.
Hitung massa atom fosfor
Jawab :
a.
P4(s) + O2(g) --> P4O10(s)
b.
Massa oksigen pada P4O10(s) =
1,704 gram - 0,744 gram = 0,960 gram
c.
Rasio massa P : O = massa P / massa O
= 0,744 gram / 0,960 gram
= 0,744 gram / 0,960 gram
=
0,775
Bila dilihat dari
rumus molekul P4O10(s) , maka :
Rasio massa P : O = 4 . massa atom P / 10 . massa
atom O
0,775 = 4 . massa P / 10 . 16,00
Massa Atom P = 31,00 amu
Disusun Oleh : Resa
Gusman
E-Mail :
resa.sp41@gmail.com
Twitter :
@resa_gusman
Komentar