Uji Anti Mikrobial


ANTI MIKROBIAL


II.1      DEFINISI

Antimikrobial adalah zat kimia atau bahan alam yang bersifat mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara menghambat atau membunuh.
            Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme
1.      kepadatan populasi mikroorganisme
2.      kepekaan terhadap bahan anti microbial
3.      volume bahan yang distrerilkan
4.      lamanya bahan anti microbial diaplikasikan pada mikroorganisme
5.      konsentrasi bahan anti microbial
6.      suhu
7.      kandungan bahan organic
Untuk membandingkan kekuatan bahan anti microbial dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat digunakan cakram kertas dan daerah jernih sekeliling cakram kertas merupakan ukuran kekuatan daya kerja bahan antimicrobial.
Antimicrobial dibagi menjadi dua macam yaitu bahan kimia dan bahan alam.

II.2 ANTIMIKROBIAL ZAT KIMIA

Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alcohol. Umumnya isopropil alcohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptic yang sangat efektif. Penembahan Yodium pada alcohol akan menambah daya disinfeksinya. Dengan atau tanpa Yodium, isopropil alcohol tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik adalah campuran formaldehid dengan alcohol. Pemilihan antiseptic tergantung pada kebutuhan, tujuan, serta efek yang dikehendaki.

II.2.1   Halogen

Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan yodium, baik yang organic maupun yang anorganik. Kebanyakan senyawa Halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh sel karena mengoksidasi protein, dengan demikian merusak membrane dan mengaktifkan enzim-enzim.

II.2.2   Yodium

Solusi yodium, baik dalam air maupun dalam alcohol bersifat sanagt antiseptic dan telah dipakai sejak lama sebagai antiseptic kulit sebelum proses pembedahan. Yodium juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amoeba yang menyebabkan disentri.

II.2.3   Klorin

Hipoklorit paling banyak dipakai untuk disinfeksi dan menghilangkan bau, karena dianggap tidak membahayakan jaringan manusia, mudah ditangani, tidak mewarnai, dantidak berawarna meskiipun memudar warna. Berbagai derivate klorin organic juga dipakai untuk desinfeksi. Senyawa yang sering dipergunakan adalah halazon atau parasulfone diclhoramidobenzoic acid yang pada konsentrasi 4-8 mg/L dapat mendisinfeksi air yang mengandung Salmonella typhi dalam waktu 30 menit.

II.2.4   Alkohol

Alcohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karenanya, membrane sel akan rusak, dan enzim akan diinaktifkan oleh alcohol. Ada 3 jenis alcohol yang dipergunakan yaitu methanol,etanol, dan isopropil. Menurut ketentuan, semakin tinggi berat molekul, semakin meningkat pula daya bekterisidnya sendiri atau dalam bentuk kombinasi. Alcohol sering  dipakai sebagai desinfektan kulit. Suatu hapusan dengan alcohol secara cepat. Tidak cukup mensterilkan tetapi hanya mengurangi jumlah populasi, dan dengan demikian juga mengurangi kemungkinan timbulnya infeksi.

II.2.5   Fenol

Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membrane sel dengan menurunkan teganagn permukaan. Fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan aktifitas suatu antimicrobial. Fenol kurang efektif terhadap spora, namun penambahan halogen seperti klorin akan menigkatkan aktifitas fenol. Heksaklorofen merupakan derivate fenol yang paling berguna. Dikombinasikan dengan sabun dapat memperlambat daya kerjanya. Fenol dan kresol juga bersifat menghilangkan sakit ( pain killing ). Karena toksik, mereka hanya dapat dipergunakan secara eksteral.

II.2.6   Peroksida

Peroksida hydrogen merupakan antiseptic yang efekyif dan nontoksik. Molekulnya tidak stabil dan bila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen. Dengan adanya ion-ion logam umumnya ada didalam sitoplasma sel, maka selam pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida yang akan bereaksi dengan muatan negative yang ada didalam protein dan selanjutnya akan meninaktivkan enzim yang fital. Pada konsentrasi 0,1% didalam susu pada suhu 54O C selama 30 menit dapat mengurangi jumlah kuman sampai 99%.

II.2.7   Aldehida

Aldehida juga membunuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid 20% dalam 67-70% alcohol merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila direndam selama 18 jam. Akantetapi oleh karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai. Glutaraldehid merupakan solusi seefektif formaldehid. Terutama apabila pH 7,5 atau lebih. Stafilokokus dan lain-lain sel vegetatifnya akan dimatikan dalam waktu 5 menit. Mycobacterium tuberculosis dan virus dalam waktu 10 menit, sedangkan untuk membunuh spora diperlukan 3-12 jam.

II.3      Logam-Logam Berat

Logam berat berperan sebagai antimikroba. Oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum adalah Hg,Ag,As,Zn dan Cu. Daya antimikrobanya lazim pula disebut sebagai daya oligodinamik adalah sifat logam yang dalam konsentrasi kecil mampu membunuh mikroba dengan efektif.
Pengikatan logam berat oleh bakteri disebabkan afinitas protein yang tinggi. Pengaruh akumulasi ion logam menyebabkan kematian sel bakteri. Jika sekeping logam diletakan diatas agar lempengan yang telah diinokulasi, maka akan terlihat beberapa daerah di sekeliling keeping logam setelah 24 jam.
1.         disekeliling keeping logam terlihat daerah yang jernih dimana tidak terlihat pertumbuhan bakteri. Daerah ini disebut daerah olgodinamik.
2.         daerah oligodinamik dikelilingi oleh daerah sempit dengan pertumbuhan subur yang disebut daerah subur. Logam berat dalam konsentrasi rendah akan merangsang pertuimbuhan.
3.         setelah daerah subur terlihat pertumbuhan normal.

II.4.     Uji Kemampuan Bahan Antimikrobial

Beberapa bahan antimikribial tidak membunuh tetapi hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bahan anti microbial bersifat menghambat bila digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan dalam konsentrasi tinggi dapt mematikan mikroorganisme. Berdasarkan ini, perlu diketahui MKC (Minimum Killing Concentration) dan MIC ( Minimum Inhibitory Concentration) bahan antimicrobial terhadap mikroorganisme.
Dalam praktikum, MIC didefinisikan sebagai konsentrasi terendah bahan anti microbial yang menghambat pertumbuhan, sedangkan MKC adalah konsentrasi terendah dan baha antimicrobial yang mematikan. Konsentrasi terendah ini dapat ditentukan dengan menggunakan pengenceran tabung. MIC ini merupakan petunjuk konsentrasi antibiotic yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis yang diperlukan dalam pengobatan penyakit. Indokulum baku mikroorgainisme ditambahkan pada deretan pengenceran tabung yang berisi antibiotic dan pertumbuhan antimikroorganisme dilihat dari kekeruhan dalam tabung. Dengan cara ini keampuhan tabung dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro dapat ditentukan. MIC dapat pula ditentukan dengan penggunaan satu konsentrasi antibiotic dan membandingkannya dengan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dalam tabung control dan tabung yang berisi antibiotic.
Metode ini memberikan petunjuk konsentrasi terendah antibiotic yang harus dicapai pada lokasi infeksi agar dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dengan mengetahui MIC dan sifat faal cairan tubuh seperti darah dan urine, dapat ditentukan jenis antibiotic yang ampuh untuk pengobatan, besarnya dosis yang diperlukan dan cara pemberian antibiotik. Lazimnya, batas keamanan penggunaan antibiotic untuk pengobatan penyakit adalah 10 kali dosis MIC.
MIC dapat ditentukan dengan menggunakan cairan tubuh tanpa harus mengisolasi ataupun mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit. Sebagai contoh, darah atau cairan serebrospinal yang mengandung mikroorganisme infeksius ditambahkan pada berbagai konsentrasi antibiotic. Kekeruhan pada tabung setelah waktu inkubasi menunjukkan bahwa konsentrasi antibiotic dalam tabung tidak mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sebaliknya tidak adanya kekeruhan menunjukan bahwa mikroorganisme peka terhadap konsentrasi antibitik dalam tabung. 
Bahan yang diperlukan :
*      Biakan TSB ( Trypticase Soy Broth) yang mengandung E.coli
*      Tabung berisi TSB untuk pengenceran (5 mL)
*      Tabung berisi TSB untuk pembiakan
*      TSB dengan kandungan 0.08 m Sulfanilamida (10 mL/tabung)
*      TSB dengan kandungan 400 ug/mL streptomisin
*      TSB dengan kandungan 200 unit/mL penisilin
*      Tabung steril
*      Pipet steril (5 mL dan 1 mL)
Cara mengerjakan:
Hari pertama
1.      lekukan pengenceran pada larutan 0.08 M Sulfanilamida dengan menggunakan kaldu TSB sebagai pengencer. Pengenceran yang digunakan adalah  0.08 M, 0.04M, 0.02 M, 0.01 M dan 0.05 M larutan sulfamida. Sediakan tabung control tanpa Sulfanilamida. Beri tanda pengenceran dan nama bahan antimicrobial pada setiap tabung.
2.      lakukan pengenceran pada larutan 400 ug/mL steptomisin dengan menggunakan TSB sebagai pengencer. Pengenceran yang diperlukan adalah 400 ug/mL, 100 ug/mL, 50 ug/mL, dan 25 ug/mL larutan streptomisin. Sediakan tabung control tanpa streptomisin. Beri tanda pengenceran dan nama bahan antimicrobial pada setiap tabung.
3.      Lakukan pengenceran pada larutan 200 unit/mL penisilin dengan menggunakan TSB sebagai pengencer. Pengenceran yang diperlukan adalah 200 unit/mL, 100 unit/mL, 50 unit/mL dan 10 unit/mL larutan penisilin. Sediakan tabung control tanpa penisilin. Beri tanda pengenceran dan nama bahan antimicrobial pada setiap tabung.
4.      Inokulasi pada setiap tabung menggunakan 0.1 mL biakan E.coli (24 jam) dalam TSB. Inokubasikan pada suhu 35 C selama 48 jam.



Hari kedua :
1.      kocok tabung untuk menentukan tabung yang menunjukan pertumbuhan (+) dan tabung yang tidak menunjukan pertumbuhan (-). Laporkan hasilnya dalam bentuk tabel
2.      pindahkan 1 mata ose biakan dari tabung yang tidak menunjukan pertumbuhan kedalam tabung TSB tanpa bahan antimicrobial. Inkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam. Beri tanda pengenceran dan nama bahan antimicrobial pada setiap tabung.
Hari ketiga :
1.      Kocok tabung untuk menentukan tabung yang menunjukan pertumbuhan (+) dan tabung yang tidak menunjukan pertumbuhan (-). Laporkan hasilnya dalam bentuk tabel.
2.      Tentukan konsentrasi bahan antimicrobial yang bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal.
Pada tabung yang menunjukan pertumbuhan tentukan pada konsentrasi berapa bahan bersifat bakteriostatik, sedangkan pada tabung yang tidak menunjukan pertumbuhan tentukan pada konsentrasi berapa bahan bersifat bakteriosidal.

II.5      Penentuan Toksisitas Selektif Antibiotik

Bahan antimicrobial yang mampu menghambat atau mematikan berbagai mikroorganisme disebut antimicrobial dengan kisaran luas (broad spectrum antimicrobial). Sebaliknya bahan antimicrobial yang dapat menghambat atau mematikan beberapa mikroorganisme disebut antimicrobial dengan kisaran sempit (narrow spectrum antimicrobial).
Dalam acara praktikum diperlihatkan bahan antimicrobial yang berkemampuan toksisitas selektif . beberapa antimicrobial berdaya kerja terhadap satu mikroorganisme tetapi tidak mempengaruhi mikroorganisme lainya.
Bahan yang diperlukan:
1.       Biakan TSB (Trypticase Soy Broth) yang mengandung Staphylococcus epidermidis dan Saccharomyces cerevisiae (24 jam).
2.      TSB yang mengandung 0.02 M Sulfanilamida
3.    TSB yang mengandung 100 unit/mL penisilin
4.       TSB yang mengandung 10 unit/mL mikostatin
5.       Pipet 1 ml
Cara mengerjakan :
Hari pertama :
1.      inokulasi 3 tabung TSB yang mempunyai kandungan bahan anti microbial berbeda dengan 0.1 mL biakan S.epidermidis (24 jam).
2.      Lakukan hal yang sama dengan menggunakan 0.1 mL S. cerevisiae (24 jam)
3.      inkubasikan pada suhu 350C selama 48 jam.
Setiap kelompok antimicrobial terdiri dari 3 tabung yang mengandung 0.03 M sulfanilamide, 100 unit/mL penisilin, 10 unit/mL mikostatin
Hari kedua :
Kocok tabung, kemudian tentukan tabung yang menunjukan adanya pertumbuhan (+) atau tidak adanya pertumbuhan (-). Laporkan hasilnya.

II.6      Bahan Anti Mikrobial

II.6.1   Surfaktan Dan Anti Mikrobial Dari Minyak Sawit Mentah

Salah satu produk diversifikasi dari MSM adalah Surfaktan. Dewasa ini, umumnya surfaktan dan emulsifier disintesis dari minyak bumi (petrokimia). Selain minyak bumi, bahan baku surfaktan dan emulsifier adalah minyak nabati. Surfaktan dan emulsifier yang dibuat dari minyak nabati mudah terurai secara biologi (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan. Kesinambungan pengadaanya terjamin karena minyak nabati merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Salah satu jenis surfaktan yang dapat disintesis dari minyak nabati adalah sukrosa ester. Sukrosa ester merupakan surfaktan non ionic dan mempunyai sifat emulsifying, foaming, detergent, solubilizing yang sangat baik dan tidak beracun. Sukrosa ester dapat digunakan sebagai surfaktan dalam industri farmasi, deterjen, kosmetik, serta industri pangan.
Minyak sawit mempunyai potensi yang sama baiknya dengan minyak kedelai atau lemak gajih sapi sebagai bahan baku surfaktan dan emulsifier. Hasil penelitian menunjukan bahwa waktu reaksi optimum pada kondisi percobaan adalah 9 jam. Pada kondisi tersebut diperoleh kadar perolehan sebesar 39% dengan produk yang berbentuk semi padat dan berwarna kuning coklat. Komposisi bahan baku mempengaruhi kadar perolehan, sifat fisik, serta mutu surfaktan yang dihasilkan.
Penelitian masih dilanjutkan untuk mengetahui pengaruh suhu dan tekanan terhadap produk yang dihasilkan dan kemungkinan untuk mengsintesis sukrosa ester dari MSM, olein, stearin, dan MIS termasuk mengkaji sifat-sifat produk yang dihasilkan dari fraksi minyak sawit yang berbeda.
Dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan produksi MSM menjadi produk lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Salah satunya adalah senyawa antimicrobial dari minyak sawit mentah. Senyawa antimicrobial dan turunannya banyak digunakan sebagai anti depresan, anti bakteri, repelan nyamuk, tranguilisers, fungisida, dan anti in-flammasi. Senyawa anti microbial juga dapat digunakan untuk formulasi pada kosmetik dan farmasi.
Berdasarkan struktur rantai karbonya maka minyak sawit dapat dijadikan bahan baku senyawa antimicrobial melalui proses epoksidasi metal ester oleat. Produk yang diperoleh terdiri dari campuran isomer morpholinon.
Pengujian daya inhibisi yang dilakukan dengan menggunakan bakteri Serretia merescens, Escherichia coli dan Bacillus thuringiensis menunjukan bahwa anti microbial yang dihasilkan cukup kuat dan efektif. Sintesa anti microbial dari MSM mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi bahan anti microbial untuk formulasi dibidang kosmetik, farmasi dan kedokteran.

II.7.     Adas

Adas merupakan satu dari sembilan tumbuhan obat yang dianggap bermukjizat di Anglo-Saxon. Di Indonesia telah dibudidayakan dan kadang sebagai tanaman bumbu atau tanaman obat.tumbuhan ini dapat hidup dari dataran rendah sampai ketinggian 1800 m diatas permukaan laut, namun akan tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Asalnya dari Eropa Selatan dan Asia, dan karena menfaatnya kemudian banyak ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa, dan Jepang. Adas menghasilkan minyak Adas, yang merupakan hasil sulingan serbuk buah Adas yang masak dan kering. Ada dua macam minyak Adas, manis dan pahit. Keduanya digunakan dalam industri obat-obatan. Adas juga dipakai untuk bumbu, atau digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa (corrigentia saporis) dan mengharumkan ramuan obat. Biasanya Adas digunakan bersama-sama dengan kulit batang porulasi. Daunya bisa dimakan sebagai sayuran. Perbanyakan dengan biji atau dengan memisahkan anak tanaman.
Penyakit yang diobati :
Sakit perut (mules), perut kembung, mual, muntah, ASI sedikit, Diare, sakit kuning (jaundice), kurang nafsu makan, batuk, sesak nafas (asma), nyeri haid, haid tidak teratur, rematik goat, susah tidur (insomnia),buah pelir turun (orchidoptosis), kolik, usus turun kelipat paha (hernia inguinalis), batu empedu, pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan cairan dalam kantung buah zakar (hiodrokel testis), keracunan tumbuhan obat atau jamur, menigkatkan pengliahatan.

II.8.     MANGKOKAN

Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman pagar atau tanaman hias, walaupun dapat ditemukan tumbuh liar di ladang dan ditepi sungai. Mangkokan disini jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 m dpl. Perdu taminan, tumbuh tegak, tinggi 1-3 m, batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan lurus. Daun tunggal, bertangkai agak tebal, bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok. Pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 6-12 cm, pertualangan menyirip, warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk payung, warnanya hijau. Buahnya buah huni, pipih, hijau,. Biji kecil, keras, dan berwarna coklat.daun muda bisa dimakan sebagai lalap, urapan mentah, atau direbus dan dibuat sayur. Daunya juga dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak,perbanyakan dengan setek batang.
Penyakit yang dapat diobati :
  Radang payudara, rambut rontok, sukar kencing, bau badan, luka, pembengkakan dan melancarkan pengeluaran ASI.

II.9.     Lidah Buaya

 Lidah buaya (Aloe vera; Latin; Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal semenjak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah dikawasan kering di Afrika.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.
Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris didunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.
Berdasarkan hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponenlain yang sangat berguna bagi kesehatan.
Selain itu menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Disamping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker , penderita HIV/AIDS.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gravimetri dan Contoh Soal

Penentuan Kadar Fe Total Metode Dikromatometri

Laporan Praktikum Kesetimbangan Kimia