Sekilas Pembahasan tentang Volumetri dan Gravimetri
VOLUMETRI
1. Penentuan Konsentrasi Kalium
Permanganat
Larutan
standar asam oksalat ±0,1N
Zat baku ditimbang teliti (±
1,575 gram H2C2O4.2H2O) dan
dilarutkan dalam labu ukur 250 mL. cek kebersihan pelarutan menggunakan
metil merah (range pH 4,2 - 6,4)
Jika bersih larutan berwarna kuning,
jika kotor larutan berwarna jingga bahkan merah
Penambahan
pereaksi asam (25 mL larutan H2SO4 4N)
Tujuan penambahan asam adalah
A. Membuat reaksi berjalan
stoikiometri (reaksi diketahui secara pasti)
KMnO4 bisa menjadi Mn2+
jika reaksi berlangsung pada pH <1 jika="" namun="" ph="">1 KMnO4 berkemungkinan
menjadi MnO2 yang membuat reaksi tidak diketahui secara pasti.
(selain itu MnO2 menggangu reaksi dan menimbulkan warna coklat yg
menggangu pengamatan).
B. Mempercepat laju reaksi antara
H2C2O4 dan KMnO4
Pemanasan
titran hingga suhu ±
70oC
Tujuan dari pemanasan titran
adalah untuk mempercepat laju reaksi antara H2C2O4 dan
KMnO4 karena asam oksalat termasuk kedalam jenis asam organik yg
tergolong lambat dalam bereaksi. Hal ini dilakukan agar titrasi berlangsung
secara tepat (titer dapat langsung bereaksi dengan titran dan tidak menimbulkan
TA palsu)
Pemanasan tidak boleh melebihi
±
80oC, karena asam oksalat mudah rusak pada suhu yg tinggi
PEMBAHASAN
Indikator dari penentuan ini
adalah otoindikator (KMnO4). TA dapat terjadi dengan perubahan
warna dari TB menjadi merah sangat muda, hal ini dapat terjadi karena
terdapat sedikit kelebihan titer , sebab titran(H2C2O4)
sudah bereaksi sempurna (habis) dengan titer. (warna TA berasal dari warna sisa
KMnO4)
2. Penentuan Kadar Fe2+ metode
permanganimetri
Larutan
standar KMnO4 ±0,1N
1. Metode
titrasi duplo
Timbang selisih teliti +
0,8 g sampel garam ferro
*jika tidak duplo berarti sampel
ditimbang teliti + 8 g dilarutkan di labu ukur 250 mL, cek kebersihan
dengan penambahan KSCN + HNO3, jika bersih larutan tidak berwarna
jika kotor terbentuk kemerahan., bisa juga dengan penambahan phenantroline jika
bersih TB, jika kotor terbentuk putih keruh. Bisa juga dengan penetesan 1 tetes
KMnO4 encer, jika warna KMnO4 memudar bahkan hilang, maka masih tersisa Fe2+
*pelarutan harus pakai air bebas
O2
2. Penambahan
pereaksi
Ø Air
Bebas O2
Sebagai pelarut sampel Fe2+,
disebabkan Fe2+ dapat teroksidasi oleh gas O2, sehingga
kontak Fe2+ dan O2 harus dihindarkan karena jika Fe2+
sudah teroksidasi menjadi Fe3+ maka sampel Fe2+ akan
semakin berkurang dan titer yg dibutuhkanpun semakin sedikit, sehingga kadar
sampel mengecil dan analisa tidak akurat.
Ø Pereaksi
asam (12,5 mL larutan H2SO4 4N)
Tujuan penambahan asam adalah
A.
Membuat reaksi berjalan stoikiometri (reaksi diketahui secara pasti)
KMnO4
bisa menjadi Mn2+ jika reaksi berlangsung pada pH <1 jika="" namun="" ph="">1 KMnO4 berkemungkinan menjadi MnO2 yang
membuat reaksi tidak diketahui secara pasti. (selain itu MnO2 menggangu
reaksi dan menimbulkan warna coklat yg menggangu pengamatan).
B.
Mempercepat laju reaksi antara Fe2+ dan KMnO4
Ø Pereaksi
1 mL H3PO4 85%
Untuk memperjelas warna TA,
dengan cara mengikat Fe3+ yg berwarna kuning menjadi ion kompleks
Fe(HPO4)2+ yang tidak berwarna. (jika ada
Fe3+ akan mempersulit pengamatan saat TA karena warna kuning yg
mengganggu)
Selain itu dengan berkurangnya
ion Fe3+ maka akan mengurangi potensial reduksi Fe, sehingga Fe2+
dapat lebih mudah dioksidasi
PEMBAHASAN
- Jika tidak ada pereaksi H3PO4 85%,
maka untuk dapat memperjelas pengamatan, volume larutan dapat diperbesar hingga
±
300ml.
- Biasanya juga ditambahkan pereaksi MnSO4 yang
berfungsi untuk memperkecil daya oksidasi KMnO4, untuk memperkecil
kemungkinan KMnO4 malah akan mengoksidasi Cl-
- H2SO4, H3PO4,
dan MnSO4 bersama sama dikenal sebagai larutan pencegah untuk
volumetri metoda Permanganimetri. Karena ketiganya berfungsi untuk mencegah
teroksidasinya Cl- oleh titer.
- Indikator dari penentuan ini
adalah otoindikator (KMnO4). TA dapat terjadi dengan perubahan
warna dari TB menjadi merah sangat muda, hal ini dapat terjadi karena
terdapat sedikit kelebihan titer , karena titran(H2C2O4)
sudah bereaksi sempurna (habis) dengan titer. (warna TA berasal dari warna sisa
KMnO4)
3. Penentuan Konsentrasi K2Cr2O7
Larutan
standar Ferro Ammonium Sulphate ±0,1N
Zat baku ditimbang teliti
sebanyak ±10g
garam Mohr, lalu dilarutkan dengan air bebas O2 dalam labu ukur
250ml, cek kebersihan dapat menggunakan KSCN + HNO3 (jika bersih =
TB, jika kotor = kemerahan) bisa juga dengan phenantroline jika bersih TB jika
kotor putih keruh, dapat juga menggunakan metil merah karena sebelum pelarutan,
zat baku ditetesi dulu dengan H2SO4 (jika bersih =
kuning, jika kotor = jingga hingga merah). Jika dilakukan duplo, timbang
teliti ±1g
garam Mohr (FAS), masukan kedalam erlenmeyer.
Penambahan
pereaksi :
Ø Air
Bebas O2
Sebagai pelarut standar primer Fe2+,
disebabkan Fe2+ dapat teroksidasi oleh gas O2, sehingga
kontak Fe2+ dan O2 harus dihindarkan karena jika Fe2+
sudah teroksidasi menjadi Fe3+ maka standar Fe2+ akan
semakin berkurang dan titer yg dibutuhkanpun semakin sedikit, sehingga
konsentrasi standar sekunder mengecil dan analisa tidak akurat.
Ø Pereaksi
asam (12,5 mL larutan H2SO4 4N)
Tujuan dari penambahan asam
adalah untuk mengatur pH reaksi pada suasana asam, karena reaksi antara Fe2+
dengan K2Cr2O7 membutuhkan suasana asam.
(reaksi ketika penambahan titer.)
Ø Pereaksi
2 mL H3PO4 85%
Untuk memperjelas warna TA, dengan
cara mengikat Fe3+ hasil oksidasi yg berwarna kuning
menjadi ion kompleks Fe(HPO4)2+ yang tidak
berwarna. (jika ada Fe3+ akan mempersulit pengamatan saat
TA karena warna kuning yg mengganggu)
Selain itu dengan berkurangnya
ion Fe3+ maka akan mengurangi potensial reduksi Fe, sehingga Fe2+
dapat lebih mudah dioksidasi
Indikator
Indikator yang dipakai adalah
Diphenilamin Sulphonate, dimana indikator akan berubah warna dari keadaan
tereduksi berwarna merah dan keadaan teroksidasi bewarna biru violet. Indikator
baru akan teroksidasi oleh titer setelah titran telah habis bereaksi. Warna
TA dari analisis ini adalah biru ungu
PEMBAHASAN
Perubahan warna ketika TA dapat
terjadi karena
Sederhana : indikator teroksidasi oleh titer setelah titran habis
Lengkap : potensial
larutan ketika TE +1,00 dan potensial peralihan indikator DAS adalah +0,96 maka
indikator akan berubah warna (teroksidasi) ketika sudah sangat hampir mendekati
TE.
Indikator Diphenilamin Sulphonate
bersifat irreversible (hanya bisa dioksidasi), dimana itu berarti pada
titrasi dengan indikator ini titer haruslah suatu zat oksidator, tidak
dapat diganti.
4. Penentuan Konsentrasi Na2S2O3
Larutan
standar K2Cr2O7
Dapat diperoleh dari hasil
standarisasi K2Cr2O7, ataupun dari penimbangan
1,25 g K2Cr2O7 sebagai standar primer, dimana K2Cr2O7
harus terlebih dahulu dikeringkan di oven dan disimpan di dalam eksikator. Lalu
dilarutkan dalam labu ukur 250mL. Untuk cek kebersihan dapat dilakukan dengan
menambahkan KI + HCL + amylum dimana jika bersih maka larutan akan TB namun
jika kotor larutan akan berwarna biru.
ü Metode
titrasi tidak langsung
Dimana itu berarti yang bereaksi
dengan titer adalah hasil reaksi dari K2Cr2O7(titran)
dengan pereaksi berlebih (KI), dan pereaksi berlebih tidak boleh dapat bereaksi
dengan titer.
Penambahan
pereaksi
Ø Pereaksi
berlebih KI bebas iodat
KI yang ditambahkan harus bebas iodat (IO3-)
karena iodat dapat mengoksidasi I- dalam KI menjadi I2
yang pada akhirnya akan menyebabkan tidak validnya analisis sebab I2
dihasilkan oleh dua reaksi yang berbeda tanpa diketahui kuantitas banyaknya I2
yang dihasilkan dari reaksi oksidasi oleh iodat.karena jumlah iodat yang tidak
diketahui.
Fungsi
A. Pereaksi berlebih sebagai sumber I2
yang akan bereaksi dengan titer
B. Untuk melarutkan I2 yang
terbentuk karena I2 hanya dapat larut dalam larutan I-
C. Dibuat berlebih agar reaksi larutan
standar dengan KI berlangsung sempurna (larutan standar habis bereaksi “standar
menjadi pereaksi pembatas”)
Ø Pereaksi
asam (25 mL HCl 2N)
Untuk mengatur pH pada saat
reaksi berlangsung pada suasan asam. Karena reaksi antara K2Cr2O7
dengan KI memerlukan suasana asam, selain itu hal ini juga agar titer (Na2S2O3)
dapat bereaksi menjadi Na2S4O6 (agar terjadi
perlu pH <5 p="">
S4O6
, namun jika reaksi berlangsung pada pH > 8 maka akan membentuk Na2SO4
ü Indikator
Indikator adalah larutan amylum,
dimana amylum akan menunjukan (mengindikasi) ada atau tidaknya I2 dalam
larutan. Keadaan warna pada amylum akan berubah dengan ada atau tidaknya I2,
jika masih terdapat I2 maka akan terbentuk warna biru, namun jika I2
sudah habis maka warna biru akan menghilang
PEMBAHASAN
- Penambahan perekasi dilakukan
dengan penambahan KI terlebih dahulu baru asam, hal ini dilakukan agar sebelum
I2 terbentuk KI sudah terlarut dan terionisasi menjadi I-
yang dapat mengikat dan melarutkan I2, karena I2 kurang
larut dalam air, tetapi jika asam dahulu yang ditambahkan maka akan menambah
kemungkinan I2 untuk menguap dan keluar dari erlenmeyer yg ditandai
dengan keluarnya gas ungu.
- Cara mengidentifikasi ada
tidaknya iodat pada KI dapat dilakukan dengan melarutkan KI analit pada aqua DM
dan menambahkan HCl 2N lalu tambah amylum, jika terbentuk warna biru maka dapat
disimpulkan bahwa pada KI analit terdapat iodat.
- Cara menanggulangi kesalahan
analisis yang disebabkan apabila KI yang digunakan tidak bebas iodat adalah
dengan cara melakukan titrasi blanco dengan catatan KI yang ditambahkan harus
persis sama pada tiap titrasi dan ditimbang pada neraca analitis. Akan tetapi
metoda ini dianggap tidak efektif dan menguras waktu saat menimbang KI oleh
sebab itu akan lebih baik untuk menghindari keberadaan dari iodat
- Titer (Na2S2O3)
dapat bereaksi menjadi dua zat dalam keadaan yang berbeda, jika reaksi
berlangsung pada pH <5 akan="" maka="" membentuk="" na="" sub="">2
- Warna TA dari titrasi ini
adalah biru tepat menghilang yang hanya akan menyisakan warna larutan yang TB.
- Penambahan indikator
amylum baru dilakukan pada saat menjelang TA, hal ini dilakukan karena jika
amylum di tambahkan sebelum titrasi, ikatan I2amylum akan menjadi
sangat kuat, sehingga semakin sulit untuk lepas dan I2amylum sulit
bereaksi dengan titer, sehingga penambahan titerpun terus dilakukan meski
seharusnya sudah TA (semakin lama I2 berikatan dengan amylum maka
akan semakin kuat ikatannya)
GRAVIMETRI
1. Penentuan kadar Ca2+
1. Sampel garam Ca2+ ditimbang ±0,2 g
bilasi ke gelas kimia 400mL. Cek kebersihan dapat menggunakan metil merah (jika
bersih kuning jika kotor merah)
*ketika sebelum dibilasi ke gelas
kimia, sampel ditetesi dulu dengan HCl 1:1, hingga seluruh sampel terbasahi,
tujuannya untuk menghindari hidrolisis Ca2+
2. Penambahan
15mL HCL 1:1. Bertujuan untuk melarutkan sampel Ca2+ karena sampel
Ca2+ hanya dapat larut dalam suasana asam
3. Setelah
penambahan HCl larutan sampel dipanaskan, bertujuan untuk mempercepat proses
pelarutan
4. Diencerkan
hingga 200mL, bertujuan untuk menghindari pengurangan air akibat pemanasan yang
berlebihan (menghindari pengisatan) karena setelah proses ini larutan akan
dipanaskan kembali
5. Penambahan
2 tetes metil merah berfungsi sebagai indikator suasana larutan (apakah asam
atau basa), jika asam berwarna merah jika basa berwarna kuning. (untuk
indikator suasana ketika penambahan NH4OH, sebagai indikasi apakah
basa sudah berlebih atau belum)
6. Penambahan
3 gram NH4Cl berfungsi sebagai salah satu bahan buffer, agar
penaikan pH ketika penambahan NH4OH berlangsung lambat sehingga
pembentukan endapan pun lambat dan dihasilkan endapan yg besar
*semakin besar endapan akan
mempermudah ketika proses gravimetri terutama pada proses penyaringan.
7. Dipanaskan
hingga hampir mendidih dan ditambahkan 2 gram (NH4)2C2O4
(sebagai pereaksi pengendap) yg dilarutkan dalam 50 mL air.,
pemanasan berfungsi untuk mempercepat laju reaksi pembentukan CaC2O4,
(untuk mengefektifkan waktu) karena reaksi dengan ion oksalat biasanya akan berlangsung
lambat dalam suhu ruangan..
ü Ditambah
NH4OH hingga berlebih, untuk menaikan pH sehingga CaC2O4
dapat mengendap (akan mengendap dalam suasana netral sedikit basa), indikasi
bahwa pereaksi NH4OH telah berlebih adalah dari bau NH3 (jika
tercium bau berarti sudah berlebih) dan dari perubahan warna larutan menjadi
kuning.
8. Digest
9. Cek
kesempurnaan endapan dilakukan dengan dua tahap
1. Penambahan
beberapa tetes ammonium oksalat jika terbentuk endapan putih berarti
pengendapan belum sempurna (ammonium oksalat perlu ditambahkan kembali)
2. Penambahan
NH4OH, jika terbentuk endapan berarti suasananya masih kurang basa.
10. Saring
dengan kertas saring WHATman no 40, dan cuci dengan larutan ammonium oksalat
0,1% dingin hingga bebas Cl-
*jika tidak bebas Cl-
maka massa endapan akan meningkat dan analisis akan keliru.
*pencucian dilakukan dengan
ammonium oksalat untuk menghindari larutnya kembali endapan (memperkecil
kelarutan sampel dalam air)
2. Penentuan kadar Ni2+
1. Timbang
+ 0,3 g contoh garam nikel, bilasi ke dalam gelas kimia 400 mL.
* sebelum pelarutan sampel garam
nikel di tetesi dulu dengan HCl 1:1 untuk mencegah hidrolisis. Cek kebersihan
menggunakan penambahan H2DMG + NH4OH berlebih jika kotor
akan terbentuk endapan pink, jika bersih TB, namun bisa juga dengan penambahan
metil merah jika asam (merah) maka masih kotor. (tetapi lebih direkomendasikan
cara 1)
2. Penambahan
HCl 5mL, berfungsi untuk pengaturan suasana asam, agar Ni(HDMG)2
terlarut dan tidak langsung mengendap.
3. Penambahan
H2DMG 30-35ml, sebagai pereaksi pengendap organik
* kelebihan pereaksi pengendap
organik adalah Mr nya yang besar sehingga kesalahan sedikit pada analisa tidak
akan berdampak terlalu besar dan hasil analisa pun semakin tepat, selain itu
pereaksi pengendap organik hanya mampu mengendapkan beberapa jenis zat tertentu
(spesifik), sehingga zat yg tidak diinginkan mengendap tidak akan ikut
mengendap. Kelemahannya rentan terhadap suhu panas (mudah rusak oleh panas).
* Penambahan H2DMG
harus berlebih tetapi tidak boleh terlalu berlebihan, karena akan menyebabkan
A. H2DMG malah ikut
mengendap (berupa endapan putih) karena pelarutnya menguap (DMG dilarutkan
dalam alkoholl)
B. Ni(HDMG)2 terlarut
kembali karena Ni(HDMG)2 larut dalam alkohol (Ni(HDMG)2 cukup
larut dalam larutan 50% alkohol, semakin banyak alkohol semakin larut)
4. Ditambahkan
NH4OH hingga berlebih, bertujuan untuk menaikan pH menjadi basa
sehingga Ni(HDMG)2, akan mengendap.
*penambahan NH4OH
harus tepat ditengah gelas kimia, karena jika ditempelkan di dinding gelas
kimia endapan Ni(HDMG)2 malah akan naik melalui dinding, karena BJ Ni(HDMG)2
lebih kecil dibanding air.
5. Digest
di atas penangas air, bertujuan untuk memperlambat laju pengendapan dengan cara
memperbesar kelarutan (semakin tinggi suhu maka semakin tinggi kelarutan)
sehingga endapan yang dihasikan besar
*sebelum mulai penyaringan
larutan Ni(HDMG)2, harus dingin terlebih dahulu karena endapan Ni(HDMG)2
cukup larut dalam air panas.
6. Saring
dengan kaca masir G-4 yang telah diketahui beratnya.
* penyaringan dipilih dengan kaca
masir karena endapan Ni(HDMG)2 rentan pada suhu tinggi, dimana jika
disaring dengan kertas saring harus dipanaskan pada suhu 600oC,
sedangkan batas suhu paling tinggi sebelum Ni(HDMG)2 rusak adalah
150oC, sedangkan jika dengan kaca masir, suhu pemanasan cukup sampai
110oC, yang tidak akan merusak endapan.
7. Cuci
dengan air dingin hingga bebas Cl-
*jika tidak bebas Cl- maka massa endapan akan
meningkat dan analisis akan keliru.
*pencucian dengan air dingin sebab Ni(HDMG)2
tidak larut dalam air dingin (jangan menggunakan air panas karena akan
melarutkan Ni(HDMG)2)
Komentar